HUSNUDZAN
A. Husnuzhan kepada Allah dan Sabar Menghadapi
CobaanNya
1. Pengertian Husnudzan
Husnudan artinya adalah berbaik sangka,
berperasangka baik atau dikenal juga dengan istilah positiv thinking. Lawan
katanya adalah su’udzan yang memiliki pengertian buruk sangka, berperasangka
buruk atau dikenal juga dengan istilah negativ thinking.
Perbuatan husnudzan merupakan akhlak terpuji,
sebab mendatangkan manfaat. Sedangkan perbuatan su’udzan merupakan akhlak
tercela sebab akan mendatangkan kerugian. Kedua sifat tersebut merupakan
perbuatan yang lahir dari bisikan jiwa yang dapat diwujudkan lewat perbuatan
maupun lisan.
2. Dasar Hukum Husnudzan
Berperasangka
baik atau husnudzan hukumnya adalah mubah (boleh). Sedangkan berperasangka
buruk atau su’udzan Allah dan rasul-Nya telah melarangnya, seperti dijelaskan
dalam QS. Al-hujurat, 49 : 12 yang berbunyi :
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka adalah
dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah
sebagian kamu menggunjing sebagaian yang lain”.
(QS.
Al-Hujurat, 49 : 12)
Rasulullah SAW bersabda :
Artinya :“Jauhkanlah dirimu dari prasangka
buruk, karena berperasangka buruk itu sedusta-dusta pembicaraan (yakni jauhkan
dirimu dari menuduh seseorang berdasarkan sangkaan saja)”. (HR. Bukhari dan
Muslim)
3. Hikmah
Berbuat Husnudzan
a. Senantiasa mensyukuri segala sesuatu yang
diberikan oleh Allah SWT
b. Bersikap Khaof (takut) dan Raja’ (berharap)
kepada Allah
c. Optimis dan tidak berkeluh kesah serta
berputus asa
d. Akal fikiran menjadi jernih dan terjauhkan
dari akal fikiran kotor
e. Dicintai dan disayangi Allah SWT, Rasul dan
orang lain
f. Terjauh dari permusuhan dan lebih dapat mempererat
silaturahmi
g. Terjauhkan dari hal-hal yang dapat merugikan
diri sendiri dan orang lain
4. Perbuatan-Perbuatan
Husnudzan
a. Husnudzan kepada Allah SWT
Huznuzhan kepada Allah SWT
mengandung arti selalu berprasangka baik kepada Allah SWT, karena Allah SWT
terhadap hambanya seperti yang hambanya sangkakan kepadanya, kalau seorang
hamba berprasangka buruk kepada Allah SWT maka buruklah prasangka Allah kepada
orang tersebut, jika baik prasangka hamban kepadanya maka baik pulalah
prasangka Allah kepada orang tersebut. Rasulullah SAW bersabda :
Artinya
: Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Nabi saw. bersabda : “Allah Ta’ala
berfirman : “Aku menurut sangkaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya apabila
ia ingat kepadaKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam dirinya maka Aku mengingatnya
dalam diriKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam kelompok orang-orang yang lebih baik
dari kelompok mereka. Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal maka Aku mendekat
kepadanya sehasta. jika ia mendekat kepadaKu sehasta maka Aku mendekat
kepadanya sedepa. Jika ia datang kepadaKu dengan berjalan maka Aku datang
kepadanya dengan berlari-lari kecil“. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).
Perbuatan-perbuatan husnudzan kepada
Allah SWT yang dilakukan oleh seseorang sebagai hamba-Nya adalah sebagai
berikut :
1) Bersabar
Sabar dalam ajaran Islam memiliki
pengertian yaitu tahan uji dalam menghadapi suka dan duka hidup, dengan
perasaan ridha dan ikhlas serta berserah diri kepada Allah. Sikap sabar
diperintahkan Allah SWT dalam QS Al Baqarah ; 153 yang berbunyi :
Artinya:
“Hai orang-orana yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar
dan (mengerjakan) shalat.” (QS Al Baqarah ; 153)
Ujian dan cobaan pasti kan melintas
dalam kehidupan setiap manusia. Ujian dan cobaan tersebut bentuknya beragam,
hal itu bisa berupa kemudahan dan kesulitan, kesenangan dan kesedihan, sehat
dan sakit, serta suka dan duka. Adakalanya hal itu dialami diri sendiri,
keluarga, sahabat dan sebagainya. Ketika semuanya melintas maka yang harus
dilakuakan adalah apabila itu merupakan kebahagiaan maka sukurilah dan apabila
hal tersebut merupakan kesedihan maka bersabarlah. Karena pada hakekatnya Apa
yang dialami manusia itu semua datangnya dari Allah dan merupakan ujian hidup
yang justru akan menambah keimanan kita apabila kita ikhlas menerimanya. Allah
SWT berfirman :
Artinya:
“155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar. 156. (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji’uun”.” (QS Al Baqarah : 155-156)
Apapun yang kita alami terhadap
cobaan yang diberikan Allah, kita harus berbaik sangka dan kita harus tabah
serta tawakal menghadapinya. Karena semakin sayang Allah kepada seorang
hambanya maka Allah akan menguji orang tersebut dengan cobaan yang lebih besar,
sehingga kadar keimanannya bertambah pula. Bila ia dapat bersabar menerima
cobaan yang Allah berikan maka Allah akan memberikan ganjaran yang sangat mulia
yaitu mendapatkan surganya Allah SWT seperti yang diuraikan sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh bukhari:
Artinya
:Dari Anas bin Malik, ia berkata : “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda :
“Sesungguhnya Allah berfirman : “Apabila Aku menguji hambaku dengan kedua
kesayangannya lalu ia bersabar maka Aku menggantikannya dengan sorga”. (Hadits
ditakhrij oleh Bukhari).
Oleh sebab itu, apabila seseorang
gagal dalam suatu usaha, maka tidak sepantasnya menyalahkan Allah SWT atau
su’udzan kepada Allah SWT dengan menggap Allah penyebab kagagalannya, Allah
tidak mendengar doanya, Allah itu kikir, Allah tidak adil dan lain sebagainya.
Sebaliknya dan sebaiknya adalah harus berinstrospeksi diri, barangkali
kegagalan tersebut disebabkan usahanya belum sungguh-sunggu dilaksanakan secara
maksimal. Kegagalan tersebut harus dijadikan pelajaran, agar pada masa yang
akan datang tidak terulang lagi dan tetap selalu bersikap sabar terhadap segala
ujian dan cobaan yang menimpa. Berikut beberapa cara agar kita bisa selalu
bersikap sabar yaitu :
a. Senantiasa
Berdzikir menyebut nama Allah SWT
Zikir bisa melalui pengucapan lisan
dengan memperbanyak menyebut asma Allah. Tetapi, zikir juga bisa dilakukan
dengan tindakan merenung dan memperhatikan kejadian di sekeliling kita dengan
tujuan menarik hikmah. Sehingga akhirnya sadar bahwa segala sesuatu itu
datangnya dari Allah juga. Orang yang sabar selalu mengingat Allah dan menyebut
asama Allah apabila menghadapi kesulitan dan musibah, bahkan dalam sebuah
hadits disebutkan bila seseorang berzikir dan membaca Al Qur’an hingga ia lupa
untuk meminta sesuatu kepada Allah maka Allah akan memberikan nikmat kepadanya
melebihi apa yang sebelumnya ia inginkan
Artinya
: “Dari Abu Sa’id Al Khudri ra., ia berkata : Rasulullah saw bersabda: Tuhan
Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfinnan : “Barang siapa yang sibuk membaca Al
Qur’an dan dzikir kepada Ku dengan tidak memohon kepada Ku, maka ia Aku beri
sesuatu yang lebih utama dari pada apa yang Aku berikan kepada orang yang
minta”. Kelebihan firman Allah atas seluruh perkataan seperti kelebihan Allah
atas seluruh makhlukNya“. (Hadits ditakhrij oleh Turmudzi).
Disebutkan
pula dalam Firman Allah QS Ar Ra’du ayat 28 sebagai berikut:
Artinya
: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.” (QS Ar Ra’du : 28)
Dalam
ayat lain Allah menybutkan:
Artinya
: “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah,
zikir yang sebanyak-banyaknya (QS Al Ahzab : 41)
b. Mengendalikan
Emosi
Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk melatih mengendalikan nafsu atau emosi agar bisa bersikap sabar
yaitu:
· Melatih serta
mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan membaca ayat-ayat suci Al Qur’an,
shalat, puasa, dan ibadah lainnya. Seseorang tidak akan terus melampiaskan
berang atau kemarahannya apabila ayat suci Al Qur’an dibaca. Oleh karena itu,
bukan hal yang aneh apabila ayat suci Al Qur’an bisa digunakan untuk melerai
orang yang bertikai. Demikian pula Rasulullah SAW memberikan resep bagaimana
caranya meredam amarah. “Berwudu’lah!” Demikian anjuran Rasulullah SAW.
· Menghindari
kebiasaan-kebiasaan yang dilarang agama. Orang yang mampu menghindarkan diri
dari kebiasaan yang dilarang agama, akan membuat hidupnya terbiasa dengan
hal-hal yang baik dan tidak mudah melakukan perbuatan-perbuatan keji. Orang
yang tidak sabar, pada umumnya adalah orang yang tidak perduli, bersikap kasar,
berbuat keji misalnya berjudi, minum-minuman keras, berkelahi, mengeluarkan
kata-kata kotor, menyebarkan fitnah dan masih banyak lagi.
· Memilih lingkungan
pergaulan yang baik. Agar bisa menjadi manusia yang memiliki sifat sabar, maka
bisa diperoleh dengan memasuki lingkungan pergaulan yang baik, yang cinta akan
kebenaran, kebaikan, dan keadilan.
2) Bersyukur
a)
Pengertaian Syukur
Syukur menurut pengertian bahasa
yaitu berasal dari bahasa Arab, yang berarti terimakasih. Syukur secara istilah
yaitu berterimakasih kepada Allah SWT dan pengakuan secara tulus hati atas
nikmat dan karunua-Nya, malalui ucapan, sikap dan perbuatan.
b) Cara-cara
bersyukur
· Dengan hati.
Yaitu dengan cara menyadari dan mengakui dengan tulus hati bahwa
segala nikmat dan karunia adalah merupakan pemberian dari Allah SWT dan tak ada
selain Allah SWT yang dapat memberikan nikmat dan karunia tersebut.
· Dengan lisan.
Yaitu dengan cara mengucapkan Alhamdulillah, mengucapkan
lafal-lafal dzikir lainnya, membaca al-quran, membaca buku ilmu pengetahuan dan
amal ma’ruf nahi munkar dan senantiasa nasehat menasehati dalam kebenaran dan
kesabaran.
· Dengan perbuatan.
Yaitu dengan cara melaksanakan segala ibadah yang
diperintahkan Allah SWT kepada kita dan menjauhi segala perbuatan yang dilarang
Allah. Syukur dengan perbuatan seperti sholat, belajar, membantu orang tua,
berbuat baik terhadap sesama manusia dan makhluk-makhluk Allah, dan menghormati
guru.
· Dengan harta benda.
Yaitu dengan cara
menafkahkan dan membelanjakan harta benda yang telah Allah rizkikan kepada kita
untuk hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat.
c) Hal-hal
yang harus disyukuri
· Nikmat jasmani
Kita harus mensyukuri karena Allah SWT telah menciptakan kita
dalam bentuk yang paling sempurna, anatomi tubuh yang sempurna seperti bentuk
hidung yang memiliki libang di bawah, telinga yang elastis, bulu alis yang
diletakkan di atas mata, tangan yang memiliki jari-jari, kuku yang bisa
mamanjang dan tidak terasa sakit ketika dipotong, panca indra yang menjadikan
segalanya menjadi terasa.
· Nikmat rohani
Karunia dan anugrah Allah SWT atas
nikmat rohani yang patut disukuri adalah Allah telah mehirkan kita,
diberikannya jasad kita ruh, kalbu/hati, nafsu dan akal sehingga kita bisa hidup,
berfikir, merasakan senang, bahagia, sedih, marah dan perasaan perasaan yang
melengkapi segala kehidupan kita.
· Nikmat dunia dan
seisinya
Apabila kita harus menghitung satu
persatu nikmat Allah niscaya tidakalah akan terhitung jumlanya. (QS. Al-Baqarah,
2 : 152 dan QS. Ibrahim, 14 : 34). Nikmat Allah tersebar di darat, laut, udara.
Segala yang Allah ciptakan, air, bebatuan, hamparan tanah, gunung, hutan, api,
salju, hembusan angin, sinar matahari, hujan, tumbuh-tumbuhan, hewan, dingin,
panas dan seluruh isi semesta merupakan nikmat dari Allah SWT yang harus kita
syukuri.
b. Husnudzan
kepada diri kita senidiri
1. Percaya
diri
Segala
kemampuan yang kita miliki merupakan karunia Allah yang harus kita syukuri.
Oleh karena itu, kemampuan yang kita miliki harus kita manfaatkan sebaik
mungkin. Kemampuan yang kita miliki akan menjadi tidak berarti apabila kita
tidak percaya diri terhadap kemampuan yang kita miliki.
Seseorang
yang percaya diri tentu akan yakin terhadap kemampuan dirinya, sehingga di
berani untuk menggunakan dan memanfaatkan kemampuannya dan mendapatkan hasil
atas kemampuan yang ia usahakannya.
2. Gigih
Pengertian gigih secara bahasa yaitu bersikap kerja
keras. Gigis secara istilah berarti mempunyai semangat hidup, tidak mengenal
lelah, dan tidak menyerah. Gigih juga bisa diartikan kemauan kuat seseorang
dalam usaha mencapai sesuatu cita-cita.
Gigih sebagai salah satu dari
akhlakul karimah sangat diperlukan dalam suatu usaha. Jika ingin mencapai suatu
hasil yang maksimal, suatu usaha harus dilakukan dengan gigih, dan penuh
kesungguhan hati. Setiap muslim wajib memilki sifat dan sikap gigih. Gigih
dalam beribadah, gigih alam belajar untuk mencapai cita-cita dan gigih dalam
mencari rezeki untuk mencukupi kebutuhan hidup. Allah SWT berfirman dalam QS
Alam Nasrah : 7 yang berbunyi:
#sÎ*sù |Møîtsù ó=|ÁR$$sù ÇÐÈ
Artinya:
“ Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) maka kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (QS Alam Nasrah : 7)
Ayat Al-Quran yang menyatakan tentang
anjuran bersifat gigih juga dijelaskan dalam QS. Al-Jumu’ah : 10.
#sÎ*sù ÏMuÅÒè% äo4qn=¢Á9$# (#rãϱtFR$$sù Îû ÇÚöF{$# (#qäótGö/$#ur `ÏB È@ôÒsù «!$# (#rãä.ø$#ur ©!$# #ZÏWx. ö/ä3¯=yè©9 tbqßsÎ=øÿè? ÇÊÉÈ
Artinya : “
Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi;
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.
Dan diperintahkan pula dalam sabda
Rasulullah SAW:
Artinya:
“Mukmin yang kuat lebih bagus dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin
yang lemah, namun pada masing-masing ada kebaikannya. Bersemangatlah kamu
mencapai sesuatu yang bermanfaat bagi kamu, mohonlah pertolongan kepada Allah
dan janganlah kamu merasa tak berdaya …” (HR Muslim)
Selain sabda nabi yang tersebut di atas,
dalam sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Sakir dinyatakan pula
bahwa :
Artinya
: “Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya,
dan bekerjalah untuk kepentingan akheratmu seolah-olah kamu akan mati besok.”
(HR. Ibnu Sakir)
Orang yang gigih tidak akan
berpangku tangan dan tidak suka bermalas-malasan sehingga ia akan merasa
keberkahan hidup. Apabila setiap orang Islam memiliki sifat gigih, niscaya
hidayah dan karunia Allah akan menaungi kita. Gigihlah dalam berusaha, Allah
dan orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaan kita, sehingga tidak akan
ada usaha kita yang sia-sia dan selalu ada perubahan pada diri kita ke arah
yang lebih baik sebagai mana sabda nabi Muhammad SAW :
Artinya
: “Barang siapa yang keadaannya hari ini lebih baik dari hari kemarin, dia
adalah orang yang beruntung. Barang siapa yang keadaan hari ini seperti kemarin
dia adalah orang yang rugi, dan barang siapa yang yang keadaan hari ini lebih
buruk dari hari kemarin dia terkutuk.” (HR. Hakim)
Beberapa sikap yang dimiliki seseorang
yang gigih antara lain adalah :
·
Gigih dalam berusaha dan menjalaninya dengan sabar dan ihlas
·
Memiliki program perencanaan yang baik dan membagi waktu yang tepat
·
Memiliki rasa tanggung jawab, pantang menyerah dan tidak mudah putus asa
·
Selalu memohon pertolongan dan perlindungan Allah SWT
·
Selalu ada keinginan ke arah perubahan yang lebih baik,
3. Berinisiatif
Inisiatif secara bahasa berasal dari
bahasa Belanda yang berarti prakarsa, perintis jalan sebagai pelopor atau
langkah pertama atau teladan. Inisiatif bisa difahami sebagai sikap yang
senantiasa berbuat sesuatu yang sifatnya produktif. Berinisiatif menuntut sikap
bekerja keras dan etos kerja yang tinggi. Seseorang yang memiliki inisiatif
disebut inisiator. Sabda Rasulullah SAW :
Artinya : “ Barang siapa merintis jalan
kebaikan (meletakkan dasar), maka ia memperoleh pahala secara langsung dari
perbuatannya. Disamping juga dari pihak orang yang mengikiti jejaknya. Demikian
pula barang siapa merintis jalan maksiat maka ia tertimpa siksa ganda
(kejahatan dari diri sendiri dan orang yang menirunya).” (Al-Hadits)
Dalam
Firman Allah SWT QS An Najm : 38-41 juga disebutkan :
wr& âÌs? ×ouÎ#ur uøÍr 3t÷zé& ÇÌÑÈ br&ur }§ø©9 Ç`»|¡SM~Ï9 wÎ) $tB 4Ótëy ÇÌÒÈ ¨br&ur ¼çmu÷èy t$ôqy 3tã ÇÍÉÈ §NèO çm1tøgä uä!#tyfø9$# 4nû÷rF{$# ÇÍÊÈ
Artinya
: “39. dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya, 40. dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).
41. Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling
sempurna.” (QS An Najm : 38-41)
Kemudian dijelaskan pula dalam firman
Allah SWT QS. Alam Nasrah ayat 1-8 berikut ini :
óOs9r& ÷yuô³nS y7s9 x8uô|¹ ÇÊÈ $uZ÷è|Êurur Ztã x8uøÍr ÇËÈ üÏ%©!$# uÙs)Rr& x8tôgsß ÇÌÈ $uZ÷èsùuur y7s9 x8tø.Ï ÇÍÈ ¨bÎ*sù yìtB Îô£ãèø9$# #·ô£ç ÇÎÈ ¨bÎ) yìtB Îô£ãèø9$# #Zô£ç ÇÏÈ #sÎ*sù |Møîtsù ó=|ÁR$$sù ÇÐÈ 4n<Î)ur y7În/u =xîö$$sù ÇÑÈ
Artinya
: “1. Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, 2. dan Kami telah
menghilangkan daripadamu bebanmu, 3. yang memberatkan punggungmu? 4. Dan Kami
tinggikan bagimu sebutan (nama)mu, 5. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan, 6. sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. 7. Maka apabila
kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain, 8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. “
(QS Alam Nasrah : 1-8)
Renungkanlah ayat diatas. Islam
mengajarkan umatnya untuk selalu berbuat yang produktif. Artinya fokuskan pada
satu pekerjaan, jika telah selesai kerjakan yang lain. Tentu tidak hanya kerja
keras saja melainkan dengan ketekunan, ketelitian, penguasaan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi, senantiasa mengefisienskan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan
atau permasalahan. Cara dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut diatas disebut
produktivitas kerja. Senantiasa menghasilkan etos kerjanya untuk menghasilkan
yang lebih baik.
4. Rela
berkorban
a. Pengertian
Rela Berkorban
Rela berarti bersedia dengan ikhlas
hati, tidak mengharapkan imbalan atau dengan kemaun sendiri. Berkorban berarti
memiliki sesuatu yang dimiliki sekalipun menimbulkan penderitaan bagi dirinya
sendiri. Rela berkorban dalam kehidupan masyarakat berati bersedia dengan
ikhlas memberikan sesuatu (tenaga, harta, atau pemikiran) untuk kepentingan
orang lain atau masyarakat. Walaupun dengan berkorban akan menimbulkan cobaan
penderitaan bagi dirinya sendiri.
b.
Bentuk Perilaku Rela Berkorban
1.
Rela berkorban dalam lingkungan keluarga ;
· Biaya untuk sekolah yang
diberikan orang tua kepada anak-anaknya
· Keihlasan orang tua
dalam memelihara, mengasuh, dan mendidik anak-anaknya
2. Rela berkorban dalam lingkungan
kehidupan sekolah :
· Pemberian dari siswa
berupa sumbangan pohon, tanaman dan bunga untuk halaman sekolah
· Para siswa dan guru
mengumpulkan sumbangan pakaian layak pakai untuk meringankan beban warga yang
tertimpa bencana.
3. Rela berkorban dalam lingkungan
kehidupan masyarakat :
· Warga masyarakat
bergotong royong meperbaiki jembatan yang rusak karena longsor
· Warga masyarakat yang
mampu menjadi guru sukarelawan bagi anak-anak yang terlantar putus sekolah dan
tidak mampu
4. Rela berkorban dalan lingkungan
kehidupan berbangsa dan bernegara :
· Para warga negara atau masyarakat
membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, seperti pajak kendaraan
bermotor, pajak bumi dan bangunan
· Warga masyarakat
merelakan sebagian tanahnya untuk pembangunan irigasi dengan memperoleh
penggantian yang layak
c. Cara Menumbuhkan Sifat Rela
Bekorban
· Selalu peduli dan
memperhatikan kepentingan umum, bangsa dan negara selain dari kepentingan
pribadi.
· Suka memberikan contoh
dan pembinaan yang baik kepada sesame
· Gemar memberikan
pertolongan kepada sesame
· Penyantun dan penyayang
terhadap orang lain atau lingkungan.
· Menjauhi sifat angkuh,
egois, hedonis dan matrialistis.
c. Husnudzan kepada orang lain
· Terhadap Keluarga
· Terhadap Tetangga
· Terhadap Masyarakat
0 komentar:
Posting Komentar